aRtmGj9nYCRgAUanjInMp3gEbQOqXBW58gLhi6IP

Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia

Zona Geografi - Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia - Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa di era Sriwijaya, Majapahit, hingga Demak “Indonesia” (kerajaankerajaan besar di nusantara) yang merupakan cikal bakal Indonesia pernah menjadi center of excellence di bidang kemaritiman, kebudayaan, dan agama di Asia Tenggara. Kejadian-kejadian besar tersebut pernah menyatukan wilayah kekuasaan yang luas dan disegani bangsa lain karena kehebatan armada niaga laut dan armada militer yang tangguh. Namun, di sisi lain hingga saat ini sebagian masyarakat Indonesia masih mengidentifikasikan negaranya sebagai negara agraris, yaitu suatu negara yang sebagian besar kehidupan rakyatnya menggantungkan diri dari bidang pertanian. Dari kajian antropologis, hal tersebut telah menjadi fakta dan telah terjadi jauh lebih lama sebelum kedatangan bangsa kolonial. Hal tersebut bukan saja dibuktikan dari data statistik mayoritas matapencaharian penduduk Indonesia sebagai petani namun oleh keberadaan berbagai peninggalan sejarahdi pedalaman (kawasan agraris) yang berupa monumenmonumen raksasa seperti Candi Borobudur, Mendut, Pawon, Prambanan, Kalasan dan sebagainya. Argumentasi yang dibangun sangat kuat bahwa monumen-monumen keagamaan ini merupakan karya masyarakat agraris di masa lampau. Tanpa dasar pertanian (persawahan) yang kuat dan surplus pangan yang melimpah, bangunan-bangunan semacam itu mustahil dapat didirikan.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa pada saat ini gambaran masyarakat Indonesia sebagai bangsa pelaut atau bangsa maritim, bukan gambaran yang umum. Namun demikian, sudah barang tentu pandangan tersebut tidak berlaku side by side atau saling menegasikan. Dari sisi geografis, laut menjadi kawasan dominan di wilayah nusantara. Laut tidak hanya menjadi sumber daya makanan dan rekreasi yang luas namun merupakan ‘jalan raya’ untuk perdagangan dan komunikasi antar bangsa (konektivitas).


A. Masa Kerajaan dan Kolonial

1. Pengaruh Posisi Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit terhadap kejayaan pelayaran dan perdagangan

a. Pelayaran Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya diperkirakan terletak di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi. Pada mulanya masyarakat Sriwijaya hidup dengan bertani. Namun karena berdekatan dengan pantai, maka perdagangan menjadi cepat berkembang. Kemudian perdagangan menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Sriwijaya.
Perkembagan perdagangan didukung oleh letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak dipersimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang dari India ke Cina atau dari Cina ke India singgah dulu di Sriwijaya, begitu juga pada pedagang yang akan ke Cina. Para pedagang melakukan bongkar muatan barang dagangan di Sriwijaya. Dengan demikian Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan laut yang kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu menguasai kawasan perairan Asia Tenggara, Perairan laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Jawa.

b. Pelayaran Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit menjadi pusat kerajaan maritim Nusantara yang berperan melindungi jalur perdagangan laut sebagai jalur utama perdagangan dan menghilangkan ancaman jalur laut di sepanjang wilayah laut Nusantara hingga kawasan di sekitarnya. Armada laut Majapahit sangat besar di masa itu. Besarnya armada Majapahit memudahkan untuk mengontrol pelabuhan-pelabuhan yang mengganggu aktivitas bisnisnya. Majapahit membutuhkan armada agar mampu untuk membeli dan menjual komoditas utama perdagangan dunia dalam partai besar, melarang negara lain membuat armada besar, mengatur seluruh perdagangan laut dalam kontrol Majapahit, dan menjaga mitranya agar tidak langsung berhubungan dengan produsen. Keberhasilan Majapahit dalam mengembangkan teknologi bahari dengan membangun kapal bercadik menjadi tumpuan utama kekuatan armada lautnya. Di relief candi Borobudur kita dapat melihat pahatan kapal ini yang dibangun dengan pasak kayu, tanpa menggunakan paku. Layarnya terbuat dari tanaman yang dianyam yang mudah digerakkan sesuai arah angin, sehingga laju kapal dapat bergerak lincah sesuai tujuan. Armada laut Majapahit juga didukung oleh persenjataan meriam hasil rampasan dari bala tentara Kubilai Khan ketika menyerang Kediri. Kapalkapal Jawa berukuran raksasa dengan tiga-empat layar ini dikagumi dan dipuji kehebatannya oleh para penjelajah dunia di abad ke-14 seperti Rahib Odrico, Jonhan de Marignolli, dan Ibnu Battuta. Kapal raksasa dengan panjang 70 meter dan berat lebih dari 500 ton ini mampu memuat 600 penumpang. Bisa dibayangkan betapa sudah majunya teknologi perkapalan waktu itu. Nusantara di bawah Majapahit tujuh abad yang lalu! Irawan Djoko Nugroho (2011) menyebutkan bahwa jumlah armada Jong Majapahit ketika itu mencapai 400 kapal. Di abad ke 12, Jawa sudah dikenal di jagat raya.

2. Pelayaran Masa Kolonial
a. Bangsa Portugis
Pelayaran bangsa Eropa ke Nusantara dipelopori oleh Bartolomeu Dias dari bangsa Portugis. Pelayaran pertama ini dimulai dari Lisbon, Portugal menyusuri pantai barat Afrika hingga sampai ke Tanjung Harapan yang terletak di Afrika Selatan, berupa tanjung bebatuan yang menghadap ke Samudra Atlantik. Dias masih ingin meneruskan perjalanan ke Asia, hanya saja kapal dihadang oleh cuaca buruk, adanya topan sehingga awak kapal memberontak dan memutuskan untuk kembali ke portugis.
Sepuluh tahun kemudian, perjalanan Dias yang belum tuntas dilanjutkan oleh Vasco da Gama. Dengan titik awal yang sama yaitu dari Lisbon, berlayar ke kepulauan Tanjung Verde, dilanjutkan ke arah selatan dan berbelok ke timur hingga sampai pada titik akhir Dias, di Tanjung Harapan. Dari tanjung harapan, Da Gama berlayar ke utara menyusuri pantai timur Afrika. Melintasi daerah Kenya, ia banyak membuang sauh, hingga mengambil seorang muslim Kenya sebagai penunjuk jalan ketika menyusuri Laut Arab. Pada akhirnya, 10 bulan sejjak keberangkatan dari Portugis Da Gama sampai di Calicut, yaitu pusat kota perdagangan paling penting di India bagian selatan. Karena adanya pedagang-pedagang kejam di Samudra Hindia, Da Gama tidak melanjutkan perjalanan, dan memutuskan kembali. Perjalanan pulang lebih banyak kendala dan kekurangan nutrisi, sehingga hanya kurang sepertiga awak kapal yang dapat selamat. Alfonso de Albuquerque melanjutkan pelayaran bangsa portugis menuju Samudra Hindia. Pada tahun 1511 Alfonso berhasil menguasai selat Malaka, dan merambah ke kawasan Indonesia timur, yakni menguasai Maluku. 

b. Bangsa Spanyol
Christopher Colombus pelopor bangsa Spanyol dalam melakukan pelayaran. Colombus meyakini bahwa bumi bulat, jika kita berjalan ke barat maka akan muncul dari timur. Colombus juga meyakini baahwa bukan mustahil menemukan jalan yang lebih praktis ke daerah Asia di timur, yaitu dengan berlayar ke arah barat melintasi Samudra Atlantik. Tahun 1942 di pelabuhan Paulus Spanyol Colombus melepas sauh, berlayar ke arah barat mengarungi Samudra Atlantik. Selang tiga puluh hari, mereka menemukan daratan yang awalnya disangka India, tapi ternyata Kepulauan Salvador, di tenggara Amerika Utara. Tahun 1519 pelayaran dilanjutkan oleh Ferdinand Magelhaens dengan mengarungi Samudra Atlantik, hingga tiba di Argentina, Amerika Selatan. Armadanya berlayar ke arah selatan menyusuri pantai timur Amerika Selatan. Perjalanan ke arah selatan berakhir ketika sampai di ujung benua, kemudian berbelok ke barat, mulai mengarungi Samudra Pasifik. Magelhaens mengira bahwa ia sudah dekat dengan kepulauan rempah-rempah, namun ternyata perlu waktu 96 hari hingga kabal berlabuh di daratan. Kepulauan Massava atau yang sekarang lebih dikenal dengan Filipina, menjadi daratan Asia pertama yang mereka datangi. Kedatangan Magelhaens disambut baik, hanya saja Magelhaens ikut dalam pertempuran daerah yang menyebabkan ia meninggal di tempat tersebut. Pelayaran dilanjutkan oleh Juan Sebastian del Cano,menuju ke selatan, hingga sampai di Nusantara, di Kepulauan Maluku. Di Samudra Hindia, Juan menghindari bangsa Portugis untuk bertahan, agar bisa kembali pulang ke Spanyol dengan selamat meski hanya tinggal satu armada saja.

c. Bangsa Belanda
Pada bulan April 1595, Cornelis de Houtman dan de Keyzer memimpin pelayaran menuju nusantara dengan 4 buah kapal. Pelayaran tersebut menempuh rute Belanda – Pantai barat Afrika – Tanjung Harapan– Samudra Hindia – Selat Sunda – Banten. Pada tahun 1596, Cornelis de Houtman dengan empat buah kapal berawak kapal 249 orang mendarat di Banten. Kehadiran Belanda di Nusantara mengawali penjajahan di Indonesia ditandai dengan terbentuknya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) tahun 1602. Seiring dengan perubahan permintaan dan kebutuhan di Eropa dari rempah- rempah ke tanaman industri yaitu kopi, gula dan teh maka pada abad 18 VOC mengalihkan perhatiannya untuk menanam ke tiga jenis barang komoditi tersebut. Misalnya tebu di Muara Angke (sekitar Batavia), kopi dan teh daerah Priangan.

B. Masa Indonesia Setelah Merdeka
1. Era orde lama (1945-1965)
Pada era ini indonesia menjalankan hukum dari pemerintahan Hindia belanda. Hukum yang dijalankan oleh Indonesia pada era ini sangat merugikan Indonesia. Hal tersebut karena wilayah Indonesia dianggap tidak utuh dengan adanya aturan antara pulau – pulau. Pada tanggal 13 Desember 1957 Indonesia mencetuskan Deklarasi Djuanda. Dalam deklarasi ini menyebutkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan.
2. Era orde baru (1966- 1998)
Pembangunan pembangunan laut mengalami pengunduran. Hal tersebut dikarenakan pada era ini pembangunan mengutamakan pada pembangunan darat. Pada tahun 1982 diadakan konvensi PBB, dimana Indonesia menandatangani hukum laut 1982 atau yang lebih dikenal dengan United Nation Convention On the law Of the Sea (UNCLOS 1982). Pada perjanjian ini terdapat 9 pasal, yang salah satu pasalnya menyatakan bahwa laut bukan sebagai alat pemisah, melainkan alat untuk menyatukan pulau – pulau yang satu dengan lainnya (Wawasa Nusantara).
3. Era reformasi dan setelahnya
a. Era reformasi pada pemerintahan B.J Habibie
Pada era ini dicetuskan Deklarasi Bunaken. Deklarani ini menghasilkan 2 pokok bahasan, yaitu: kesadaran kondisi geografis Indonesia dan potensi kelautan.
b. Masa pemerintahan Abdurahman Wahid
Pada era ini masalah kelautan di Indonesia mendapat perhatian yang lebih. Hal tersebut dapat dilihat dengan perhatian pemerintah membentuk Departemen Eksplorasi Laut. Departemen ini seiring dengan waktu berubah menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan.
c. Masa pemerintahan Megawati
Pada era ini dicetuskan “Seruan Sunda Kelapa”. Seruan ini mengajak seluruh bangsa Indonesia bekerjasama untuk membangun kekuatan maritim.
d. Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Pada pemerintahan ini Indonesia mengadakan konfrensi internasional, yaitu World Ocean Conference. Momentum ini dihadiri 423 delegasi dari berbagai negara. Dari konfrensi ini menghasilan Deklarasi Kelautan Manado, yang memuat:
1) Menyelamatkan planet bumi dan kelangsungan generasi penerus di masa yang akan datang.
2) Menyelamtkan keaneka ragaman sumber daya hayati laut dunia, utamanya ikan dan terumbu karang.
e. Masa pemerintahan Joko Widodo – sekarang
Pada masa ini pembangunan sektor laut dikenal dengan poros ma ritim

C. Choke Point Indonesia
Choke point adalah titik alur distribusi minyak untuk melakukan pembatasan kapasitas penyebaran untuk menjaga ketersediaan minyak. Terdapat sepuluh choke point didunia, yaitu: Selat Girbaltar, Selat Bosforus, Terusan Suez, Selat Bab Al-Mandap, Terusan Panama dan empat choke point yang ada di Indonesia. Empat choke point yang dimaksud di sini adalah Selat Malaka, Selat Makassar, Selat Sunda dan Selat Lombok. Keempat selat itu sering dijadikan sebagai jalur pelayaran internasional. Dengan kepemilikan selat yang begitu banyak, dan empat diantaranya merupakan choke point, Indonesia menjadi barometer kawasan dan kunci stabilitas kawasan.
1. Selat Malaka
Selat ini terletak di antara Semenanjung Malaysia (Thailand, Malaysia dan Singapura) dan Sumatera (Indonesia). Selat ini menghubungkan negara – negara di Asia Timur, Asia Tengah dan Asia Barat. Selat ini merupakan salah satu selat tertua dan tersibuk di dunia. Di Indonesia selat Malaka ini merupakan selat utama lalu lintas kargo dan manusia antara wilayah Indonesia- Eropa, wilayah lain di Asia dan Australia. Selat ini disebut juga “sunda hotspot”, yaitu hotspot keanekaragaman hayati.
2. Selat Sunda
Selat ini lebih sempit bila dibandingkan dengan Selat Malaka. Selat ini merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia 1 (ALKA 1) yaitu menghubungkan laut cina selatan dan samudera hindia, melalui Selat Natuna, Selat Karimata, laut jawa dan Selat Sunda.
3. Selat Lombok
Selat ini merupakan ALKA II yang menghubungkan Laut Jawa dengan Samudera Hindia. Selat ini terletak antara pulau Bali dan Pulau Lombok. Pada selat ini juga terjadi pertukaran air antara Samudera Hindia dan Samudera Fasifik.
4. Selat Ombai – Wetar
Selat ini terletak dibagian selatan Pulau Alor, Pulau Pantar, dan Pulau Wetar. Selat ini merupakan ALKA III yang melalui Laut Maluku, Laut Seram, Selat Ombai dan Laut Sawu. 

Related Posts
Zona Geografi
Seorang penggiat pengetahuan geografi yang selalu ingin berbagi pengetahuan dan informasi mengenai fenomena yang terjadi di Bumi

Related Posts

Posting Komentar